Kamis, 12 April 2012

masa sma emang bener2 gaak bisa diganti pake apapun,
adalah sebuah keberuntungan ketika aku menginjakan kaki ditempat ini,vidatra
tempat yang penuh dengan aroma persaingan yang diidam2kan para orang cerdas,tujuanku jelas,belajar hhe
tempat itu membuatku punya masa depan,tempat dimana semula aku takut dengan pelajaran-palajaran matik yang mengerikan,menahan kantuk saat plajaran ekonomi,dan Kenyataannya memang benar. Entah itu menjadi sebuah keberuntungan yang berawal baik, atau bisa jadi berujung indah.
saat ketakutanku mulai terhapus dan keberuntuganku menemukan orang2 hebat seperti mereka.

Aku mendongak ke atas, menyaksikan awan yang bergumul dengan siluet matahari senja.
Cerita itu menarik dimensi waktu,. Cerita yang bertutur tentang segalanya. Segala hal yang menjadi kepenatan, kegembiraan, ketakutan, kesedihan, juga segala hal yang mampu membuat setiap orang yang duduk di sekelilingnya punya cerita. Tanpa terkecuali. Tidak laki-laki, atau perempuan. Tidak mereka, tidak juga aku. Semua bercerita. Segala keluh kesah, canda tawa, pedihnya tangis, cerita itu tertuang tanpa mengkonfirmasikannya dulu dengan waktu. Tidak saat jam istirahat, saat pelajaran kosong, tidak juga saat mencuri-curi waktu sebelum pelajaran dimulai.

Tempat itu menjadi sebuah simbiosa bagi aku dan mereka. Cerita cinta, persahabatan, luapan kekesalan, kritik dan puji bagi sang pembagi ilmu, kebanggaan akan sebuah prestasi, hasil ulangan, ribut-ribut tak penting, dan sebuah rencana masa depan. Semuanya. Lagi-lagi, tanpa terkecuali.

Aku selalu mengambil potret tempat itu, dengan ingatanku. Manakala dedaunan bertaruh dengan angin, lalu menyerah, dan menjatuhkan dirinya sendiri, adalah hal yang paling memikat untuk dibayangkan. Bukan hanya cerita tentang diriku, atau diri mereka. Tapi, tentang sebuah cerita yang disebut kami. Sebuah kebersamaan.

“Sebentar lagi, ujian. Terus kalau lulus, kita pisah ya?”

Sampailah cerita itu pada sebuah konflik.

Pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan yang sampai saat ini selalu kami
jawab paling akhir. Memang, hal itu tidak akan pernah mubazir, meski kami menganggap pertanyaan itu tidak ada gunanya, namun memang tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan akan perpisahan itu benar adanya.
Pohon itu meredam dan merekam semua cerita, seperti pita kaset yang suatu saat nanti bisa diputar kembali. Mengulas kembali kisah si gadis latah, menghargai kembali sang pendiri komunitas penampung cerita-cerita kami, mempelajari kejayaan sang master matematika, mengubah perangai otak pasirnya sang ketua OSIS, gadis keju tempat berbagi cerita ada dan tiada,  lelaki-lelaki asbun yang kocak, makhluk hitam manis si peka nada, tuan pesulap yang tak pernah lepas dari kartu, kehebohan dari laki-laki bersuara cempreng, dan gadis berpulas kosmetik yang selalu cantik setiap saat. Kekhasan mereka selalu tergurat rapi oleh setiap serpih cerita buta bergambar.  Masing-masing meninggalkan nama, yang tidak akan pernah lepas dari setiap ingatan seseorang. Tidak mereka, tidak juga aku.

Pohon itu berayun pelan tertiup angin. Secara kasat mata, cerita itu usai sudah. Tetapi, masih ada babak baru dalam cerita-cerita yang belum terselesaikan. 

semua ini bakal aku ingat sampai kapanpun,semangat 31!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar